Rabu, 20 Mei 2015

NUTRISI DAN KULTIVASI MIKROORGANISME



MAKALAH MIKROBIOLOGI
NUTRISI DAN KULTIVASI MIKROORGANISME




                     KATA PENGANTAR
Puji syukur tak henti – hentinya kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmatnya kami, dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Melalui makalah ini kami dapat memperluas pengetahuan mengenai nutrisi dan kultivasi mikroorganisme.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tidaklah terlepas dari peran serta pihak – pihak terkait. Atas segala bantuan dan yang diberikan penyususun mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya.
Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan masukan dan kritik yang  membangun dari dosen yang membaca makalah ini. Penyusun berharap hasil dari makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membutuhkanya. Semoga makalah ini dapat meningkatkan  pemahaman kita di masa  yang akan datang Amin.

Palu,    maret 2015

Penyusun










DAFTAR ISI
      Lampiran


HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I    PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang.........................................................................
1.2    Rumusan Masalah....................................................................
1.3    Tujuan......................................................................................
BAB II  PEMBAHASAN
2.1   Prinsip Nutrisi Mikroba............................................................
2.2   Nutrisi yang Diperlukan Mikroorganisme..................................
2.3   Kondisi Fisik yang Diperlukan untuk Pertumbuhan....................
2.4   Metode Kultivasi Mikroba.......................................................
2.5   Teknik Kultivasi Mikroba.........................................................
BAB III  PENUTUP
3.1  Kesimpulan..............................................................................
3.2   Saran.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar belakang
       Mikroorganisme sebagai makhluk hidup sama dengan organisme hidup lainnya sangat memerlukan energi dan bahan-bahan untuk membangun tubuhnya, seperti dalam sintesis protoplasma dan bagian-bagian sel lainnya. Bahan-bahan tersebut disebut nutrien. Untuk memanfaatkan bahan-bahan tersebut, maka sel melakukan suatu kegiatan-kegiatan, sehingga menyebabkan perubahan kimia di dalam selnya. Semua reaksi yang teratah yang berlangsung di dalam sel ini disebut metabolisme. Metabolisme yang melibatkan berbagai macam reaksi di dalam sel tersebut, hanya dapat berlangsung atas bantuan dari suatu senyawa organik yang disebut juga biokatalisator yang dinamakan enzim.
Semua makhluk hidup memerlukan bahan makanan. Bahan makanan ini diperlukan untuk sintesis bahan sel dan untuk mendapatkan energi. Demikian juga dengan mikroorganisme, untuk kehidupannya membutuhkan bahan-bahan organik dan anorganik dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut disebut dengan nutrient (zat gizi), sedang proses penyerapanya disebut proses nutrisi. Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain itu, secara umum nutrient dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru. Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media
Suatu medium yang mengandung substansi kompleks seperti ekstrak daging sapi, ekstrak khamir, tripton, dan darah disebut sebagai medium buatan atau medium kompleks (artificial or complex medium). Sebagai lawannya, kita acu medium yang rumus kimia masing-masing ramuannya dapat dituliskan sebagai medium sintesis (synthtetical medium) atau medium yang ditentukan (difined medium). Medium sintesis mungkin sangat rumit dan sangat berbeda sesuai dengan organisme tertentu yang hendak ditumbuhkan. Untuk sebagian besar, medium sintesis hanya digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di laboratorium penelitian.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa nutrisi dan perannya yang dibutuhkan mikroorganisme ?
2.      Bagaimana cara pengambilan nutrien oleh mikroorganisme ?
3.      Bagaimana teknik kultivasi mikrobiologi ?

1.3    Tujuan
1.    Mengetahui nutrisi dan perannya yang dibutuhkan mikroorganisme.
2.    Mengetahui cara pengambilan nutrien oleh mikroorganisme.
3.    Mengetahui teknik kultivasi mikrobiologi.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Prinsip nutrisi mikroba
       Berdasarkan cara-cara pengambilan nutrient maka mikroba dapat dibagi atas jasad osmotrof dan jasad fagotrof. Jasad osmotrof mengambil nutrien dalam bentuk larutan, misalnya bakteri dan fungi, sedangkan jasad fagotrof mengambil nutrien secara fagositosis lalu dicerna di dalam vakuola makanan, misalnya protozoa, jasad osmotrof mengeluarkan eksoenzim untuk memecah molekul besar misalnya protease untuk memecah protein menjadi asam amino, amilase untuk memecah pati menjadi gula, lipase memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam amino, gula, asam lemak, dan gliserol diserap ke dalam sel untuk digunakan.
2.2    Nutrisi yang diperlukan mikroba
Mikroorganisme dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat dan dapat pula yang hanya menggunakan bahan-bahan dalam bentuk cairan atau larutan. Mikroorganisme yang menggunakan makanannya dalam bentuk padat tergolong tipe holozoik. Mikroorganisme yang dapat menggunakan makanannya dalam bentuk cairan atau larutan disebut holofitik. Ada beberapa mikroorganisme yang dapat menggunakan makanannya dalam bentuk padatan, tetapi makanan tersebut sebelumnya harus dicerna, di luar sel dengan bantuan enzim ekstraseluler.
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain itu, secara umum nutrient dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru .
Mikroba memerlukan nutrien sebagai sumber materi dan energy untuk menyusun komponen sel seerti genom, membrane plasma dan dinding sel. Bentuk nutrient yang diperlukan bermacam-macam, tergantung jenis mikrobanya, misalnya kebutuhan karbon untuk jasad fotoautotrof dalam bentuk CO2, sedangkan bagi jasad kemoorganotrof dalam bentuk bahan organik. Dengan mengetahuia keperluan nutrien mikroba para ilmuwan dapat melakukan penelitian untuk menentukan peranan mikroba di alam dan kegunaannya dalam kehidupan manusia. Uraian berikut akan membahas mengenai tipe nutrisi yang dijumpai diantara mikroba.
1.     Kegiatan sel seperti biosintesis komponen sel, transport nutrient ke dalam sel dan motilitas memerlukan energy. Berdasarkan sumber energy, mikroba dibagi atas jasad fototrof yang menggunakan oksidasi senyawa kimia sebagai sumber energy. Dan jasad kemotrof yang menggunakan oksidasi senyawa kimia sebagai sumber energy. Terleas dari sumber energy yang digumakan, mikroba akan mengubah energy yang diperoleh menjadi senyawa pembawa energy yaitu ATP yang dapat dipakai untuk kegiatan sel. Ada 2 kelompok bakteri fototrof yaitu sianobakteri dan bakteri fotosintetik. Kedua kelompok ini mengubah energy cahaya menjadi ATP melalui proses fotosintesis. Mikroba khemotrof mengoksidasi senyawa kimia seperti glukosa atau ammonium, kemudian energy yang dilepaskan diubah menjadi ATP dalam proses fermentasi atau respirasi.
2.     Semua jasad hidup memerlukan karbon sebab unsurmkarbon terdapat dalam semua mikromolekul penyusun sel seperti rotein, karbohidrat, asam nukleat dan lipid. Berdasarkan sumber karbon, mikroba dapat digolongkan atas jasad heterotrof dan autotrof. Jasad autotrof  bila menggunakan karbondioksida sebagai sumber karbon, bila jasad tersebut memperoleh energinya dari cahaya disebut fotoautotrof, dan bila jasad tersebutmemperoleh energinya dengan cara mengoksidasi senyawa kimia maka disebut kemoautotrof. Jasad heterotrof menggunakan bahan organic sebagai sumber karbon.
3.       Semua jasad hidup memerlukan sulfur (blerang) dan fosfor. Sulfur dipergunakan untuk  membentuk asam amino metionin dan sistein serta koensim. Mikroba memperoleh sulfur dalam bentuk garam sulfat, H2S, granula sulfur, thiosulfat atau dalam bentuk bahan organic (sistein dan metionin). Fosfor dipergunakan membentuk asam nukleat, fosfolipid dan koensim. Mikroba dapat mengambil fosfor dalam bentuk organic dan anorganik. Garam fosfat adalah yang paling sering digunakan sebagaisumber fosfat meskiun dapat pula memakai nukleotida.
4.     Semua jasad hidup memerlukan nitrogen sebab nitrogen dipergunakan untuk mensintesis asam amino, nukleotida dan vitamin. Keerluan akan nitrogen dapat dipenuhi dalam berbagai bentuk seperti protein atau polipeptida, garam nitrat atau amonium bahkan ada mikroba yang dapat mengambil dalam bentuk N2 seperti Rhizobium dan Azotobacter.
5.   Semua jasad hidup memerlukan beberapa unsure logam, natrium, kalium, kalsium, magnesium, mangan, besi, seng, tembaga dan kobalt untuk pertumbuhannya yang normal. Mineral ini diperlukan untuk aktivitas enzim dan molekul yang lain misalnya Mg sebagai penyusun klorofil, Co untuk aktivitas enzim nitrogenase, dan Fe merupakan komponen sitokrom.

Unsur
Fungsi Fisiologis dan Peranannya
Karbon (C)
Oksigen (O)

Hidrogen (H)
Nitrogen (N)
Fosfor (P)
Sulfur (S)

Kalium (K)

Mangan (Mn)

Magnesium(Mg)
Kalsium (Ca)
Besi (Fe)

Kobalt (Co)
Cu, Zn, Mo
Sebagai penyusun bahan-bahan organik sel
Penyusun air sel, bahan-bahan organik sel, sebagai O2 aseptor elektron, dalam respirasi aerob
Penyusun air sel, bahan-bahan organik sel
Penyusun protein, asam nukleat, enzim/koenzim
Penyusun asam nuklein, fosfolipida, koenzim-koenzim
Penyusun protein-protein (asam amino sistein dan metionin), beberapa koenzim (koenzim A, karboksilase)
Salah satu dari kation anorganik sel, kofaktor untuk beberapa enzim
Kofaktor anorganik untuk beberapa enzim, kadang-kadang sebagai pengganti Mg
Kation seluler, kofaktor anorganik untuk reaksi enzimatik
Kation seluler, kofaktor untuk beberapa enzim
Penyusun sitokrom dan protein hem atau nonhem, kofaktor sejumlah enzim
Penyusun vitamin B12 dan derivat koenzimnya
Unsur-unsur anorganik penyusun enzim-enzim tertentu

6.    Semua jasad hidup memerlukan vitamin (senyawa organik yang penting untuk pertumbuhan). Kebanyakan vitamin berfungsi membentuk substansi yang mengaktivasi enzim.meskipun semua bakteri membutuhkan vitamin di dalam proses metaboliknya yang normal, beberapa mampu mensintesis seluruh keperluan vitaminnya dari senyawa-senyawa lain di dalam medium. Yang lain tidak akan tumbuh kecuali bila ditambahkan satu atau lebih vitamin ke dalam mediumnya, seperti Leuconostoc mesentroides tidak mampu mensintesis beberapa asam amino dan vitamin sehingga harus ditambahkan dalam keadaan jadi ke dalam mediumnya.
7.     Oksigen merupakan unsure yang terdaat dalam molekul hayati seperti asam amino, nukleotida, gliserida dan molekul lain. Keperluan akan oksigen dipenuhi bersamaan dangan masuknya nutrient lain sepertirotein dan lipid. Disamping itu, oksigen dalam bentuk O2 juga diperlukan untuk menjalankan respirasi aerobic.
8.   Semua jasad hidu memerlukan air bagi kehiduan karena semua aktivitas metabolism terjadi dalam lingkungan air. Ketersediaan air yang dapat digunakan dalam mikroba sering dinyatakan dengan aktivitas aair (Aw). Aktivitas air suatu bahan dapat dihitung dengan menentukan kelembaban relatifnya (RH). Untuk bakteri, semua nutrient harus ada dalam bentuk larutan sebelum dapat memasuki bakteri tersebut.
2.3    Kondisi fisik yang diperlukan untuk pertumbuhan
Selain menyediakan nutrisi yang sesuai untuk kultivasi bakteri, juga perlu disediakan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukan respon yang berbeda terhadap kondisi fisik di lingkungannya. Untuk berhasilnya kultivasi mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrisi serta lingkungan fisik yang sesuai. Ada 5 arameter lingkungan yang utama yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan mikroba yaitu temperature, kelembaban (RH), kadar oksigen, pH dan osmosis.


a.         Temperatur
Karena semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dank arena laju reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh temperature, maka pola pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh temperature. Temperature juga mem pengaruhi laju pertumbuhan dan penambahan jumlah sel. Keragaman suhu dapat juga mengubah proses-proses metabolic serta morfologi sel. Setiap mikroba tumbuh pada suatu kisaran suhu tertentu. Atas dasar ini maka mikroba ada yang bersifat psikrofilik yang tumbuh pada 00 dampai 200 C, mesofilik yang tumbuh pada 200  sampai 450 C dan termofilik yang tumbuh pada temperature 450 sampai 800 C. Temperature inkubasi yang memungkinkan pertumbuhan tercepat selama periode waktu yang singkat (12 sampai 24 jam) dikenal sebagai temperature pertumbuhan optimum.
b.        Kondisi atmosfer seperti kadar oksigen, RH dan tekanan udara
Mikroba memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal respons terhadap oksigen bebas dan atas dasar ini maka mikroba dibagi menjadi empat yaitu aerobik (memerlukan oksigen), anaerobik (tumbuh tanpa oksigen molekuler), anaerobic fakultatif (tumbuh pada keadaan aerobic dan anaerobik), dan mikroaerofilik (tumbuh bila ada sedikit oksigen atmosferik). Beberapa mikroba bersifat anaerobik obligat, bila terkena oksigen akan terbunuh, oleh karena itu untuk menumbuhkan mikroba anaerobic diperlukan teknik khusus agar tercapai keadaan anaerob. Keperluan penumbuhan jasad anaerob obligat dapat dipenuhi dengan menggunakan alat yang disebut anaerobic jar.
c.         Konsentrasi ion hydrogen (pH)
pH optimum bagi kebanyakan mikroba terletak antara 6.5 sampai 7,5. Bagi kebanyakan mikroba pH minimum dan maksimum antara 4 sampai 9. Pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh pH karena nilai pH sangat menentukan aktivitas enzim. Bila mikoba di kultivasi di dalam suatu medium yang mula-mula pH-nya 7 maka kemungkinan pH ini akan berubah. Pergeseran pH ini dapat sedemikian besar sehingga menghambat pertumbuhan. Pergeseran pH dapat dicegah dengan menggunakan larutan penyangga atau bufer dalam medium. Bufer merupakan senyawa yang dapat menahan perubahan pH misalnya KH2PO4 dan K2HPO4. Beberapa bahan nutrisi medium seperti pepton mempunyai kapasitas bufer. Perlu atau tidaknya suatu medium diberi bufer tergantung kepada maksud penggunaannya dan dibatasi oleh kapasitas bufer yang dimiliki senyawa-senyawa yang digunakan.
d.        Tekanan osmosis
Tekanan osmosis adalah besarnya tekanan minimum yang dierlukan untuk mencegah aliran air yang menyebrangi membrane di dalam larutan. Contohnya : jika larutan 10 % sukrosa di dalam kantong membrane dialysis diletakkan dalam air dalam gelas maka molekul air yang ada dalam gelas akan mengalir ke dalam kantong analisis. Besarnya tekanan yang diperlukan untuk mencegah aliran molekul air dalam gelas ke dalam kantong dialisis merupakan nilai tekanan osmosis larutan sukrosa tersebut. Berdasarkan tekanan osmosanya maka larutan tempat pertumbuhan mikroba dapat digolongkan atas larutan hipotonis, isotonis dan larutan hipertonois. Mikroba biasanya hidup di lingkungan yang bersifat agak hipotonis sehingga air akan mengalir dari lingkungannya ke dalam sel sehingga sel menjadi mengembang kaku. Adanya dinding sel dapat mencegah pecahnya sel mikroba.
2. 4  Metode Kultivasi Mikroba
Di habitat alaminya, mikroorganisme biasanya tumbuh dalam populasi yang kompleks dan terdiri dari beberapa spesies. Hal ini menyebabkan penelitian mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat menjadi sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik untuk memisahkan populasi yang kompleks ini menjadi spesies yang berbeda-beda sebagai biakan murni. Biakan murni adalah suatu populasi sel yang ditumbuhkan dari satu sel induk.
Proses isolasi dan upaya mempertahankan keadaan murni memerlukan teknik aseptik . Oleh karena itu, sebelum mengkultur suatu mikroba harus dilakukan suatu proses sterilisasi.  
2.5  Teknik Kultivasi Mikroba
Setelah semua bahan dan alat yang akan digunakan dalam proses kultivasi disterilkan, maka dimulailah proses isolasi untuk mendapatkan biakan murni. Bahan yang diinokulasikan pada medium disebut inokulum. Di bawah ini ada beberapa teknik inokulasi yang umum dilakukan di laboratorium mikrobiologi.
a.    Teknik Penyebaran (The Spread-Plate Technique)
Teknik penyebaran yang lebih sering disebut dengan Spread-Plate adalah teknik langsung dan mudah untuk mendapatkan suatu biakan murni. Di bawah ini adalah gambar saat menginokulasi mikroba dengan menggunakan teknik Spread-Plate.  Campuran dari beberapa spesies bakteri disebarkan di permukaan medium agar, sehingga setiap sel akan tumbuh menjadi koloni yang terpisah sempurna dan dapat dilihat secara makroskopis berupa kumpulan mikroba di atas medium padat. Setiap koloni yang terbentuk merupakan biakan murni. Di bawah ini adalah gambar dari biakan murni yang diperoleh dengan menggunakan teknik Spread-Plate.
b.   Teknik Goresan (The Streak-Plate Technique)
Biakan murni juga dapat diperoleh dengan teknik goresan ( Streak-Plate Technique ). Inokulum digoreskan di atas medium dengan memakai ose menurut pola tertentu, yaitu:
1.        Goresan T
Untuk membuat biakan murni dangan teknik goresan T, ada beberapa langkah yang harus diikuti, yaitu :
ü  Lempengan dibagi menjadi 3 bagian dengan hutuf T pada bagian luar dasar cawan petri.
ü  Inokulasi daerah I sebanyak mungkin dengan gerakan sinambung.
ü  Panaskan ose dan biarkan dingin kembali.
ü  Gores ulang daerah I sebanyak 3-4 kali dan teruskan goresan di daerah II.
ü  Pijarkan kembali ose dan biarkan dingin kembali.
ü  Prosedur diatas diulang untuk daerah III
2.         Goresan Kuadran
Teknik ini sama dengan goresan T, hanya lempengan agar dibagi menjadi empat.


3.         Goresan Radian
a.       Goresan dimulai dari bagian pinggir lempengan.
b.      Pijarkan ose dan dinginkan kembali.
c.       Putar lempengan agar 90o dan buat goresan terputus dimulai dari bagian pinggir lempengan.
d.      Putar lempengan agar 900 dan buat goresan terputus di atas goresan sebelumnya.
e.       Pijarkan ose.
4.        Goresan Sinambung
ü  Ambil satu mata ose suspensi dan goreskan setengah permukaan lempengan agar.
ü  Jangan pijarkan ose, putar lempengan 1800, gunakan sisi mata ose yang sama dan gores pada sisa permukaan lempengan agar.
Setelah inkubasi, sel-sel mikroba memperbanyak diri dan dalam waktu 18-24 jam akan terbentuk suatu massa sel yang disebut koloni. Koloni yang terbentuk ini adalah biakan murni. Di bawah ini adalah hasil kultivasi berupa biakan murni yang diperoleh dengan teknik goresan.
c.    Teknik lempeng tuang (Pour Plate Technique )
Teknik pour-plate (lempeng tuang) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang masih cair dengan stok kultur bakteri. Teknik ini biasa digunakan pada uji TPC (Total Plate Count). Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada media agar. Kultivasi mikroba dengan teknik ini dimulai dengan mengencerkan kultur bakteri yang telah ada dengan aquades. Selanjutnya, diaduk hingga rata dengan cara memutar tabung reaksi dengan telapak tangan selama beberapa kali. Larutan dilusi tadi sebanyak + 1 ml dituang ke dalam cawan petri. Cawan petri diputar secara perlahan-lahan di atas meja horizontal untuk mengaduk campuran media agar dengan dilusi kultur mikroba. Terakhir, inkubasi kultur ini pada kondisi yang sesuai. Tahapan di atas diilustrasikan pada gambar 5 di bawah ini.
Biakan murni yang dihasilkan, jika disimpan dalam jangka waktu yang lama akan mudah sekali mengalami mutasi. Ini berarti, biakan murni yang disimpan terlalu lama bukan lagi biakan murni yang semula. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mencegah atau setidaknya mengurangi kemungkinan terjadinya mutasi, yaitu :
a.  Secara periodik, biakan harus dipindahkan ke medium baru, sebaiknya  pemindahan dilakukan pada fase log.
b.     Biakan harus disimpan pada suhu rendah dan terhindar dari radiasi.
Mikroba diliofilisasikan, yaitu dimasukkan dalam ampul berisis susu kering bercampur CO2 kemudian disimpan pada tempat bersuhu rendah.





















BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
       Adapun kesimpulan dari hasil makalah yang dibuat yaitu :
1.        Berdasarkan cara-cara pengambilan nutrient maka mikroba dapat dibagi atas jasad osmotrof dan jasad fagotrof.
2.        Jasad osmotrof mengambil nutrien dalam bentuk larutan, misalnya bakteri dan fungi.
3.        Jasad fagotrof mengambil nutrien secara fagositosis lalu dicerna di dalam vakuola makanan, misalnya protozoa, jasad osmotrof mengeluarkan eksoenzim untuk memecah molekul besar misalnya protease untuk memecah protein menjadi asam amino, amilase untuk memecah pati menjadi gula, lipase memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
4.        Selain menyediakan nutrisi yang sesuai untuk kultivasi bakteri, juga perlu disediakan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum.
5.        Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukan respon yang berbeda terhadap kondisi fisik di lingkungannya.
6.        Untuk berhasilnya kultivasi mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrisi serta lingkungan fisik yang sesuai.
7.        Ada 5 arameter lingkungan yang utama yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan mikroba yaitu temperature, kelembaban (RH), kadar oksigen, pH dan osmosis.

3.2 SARAN
            Karena keterbatasan  informasi dan pengetahuan tentang nutrisi dan kultivasi mikroorganisme ditambah lagi dengan kurangnya pemahaman tentang pembuatan makalah ilmiah, mengakibatkan terdapat sedikit kesulitan dalam pembuatan makalah ilmiah ini. Tetapi karena keterbatasan itulah saya termotivasi untuk menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
                                            
Anonim, 2009. Nutrisi Mikroba, Sebuah Esensi Dasar Untuk Kehidupan Mikroba. http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/31/nutrisi-mikroba-sebuah-esensi-dasar-untuk-kehidupan-mikroba/. Diakses pada tanggal 19 maret 2015.
Djide, M., dan Sartini. 2006. Mikrobiologi Farmasi Dasar. Universitas Hasanuddin : Makassar.
Dwyana, Zaraswaty dan Nur Haedar. 2009. Penuntun praktikum Mikrobiologi Pangan. Jurusan Biologi. Universitas Hasanuddin : Makassar.
Jawetz, dkk. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika, Surabaya.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 1. CV. Yrama Widya : Bandung

1 komentar: