LAPORAN AMDAL
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGELOLAAN TAMBANG EMAS DI KELURAHAN
POBOYA KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH
|
·
REHANUM
·
FADLIA MUSA
·
IRMAWATI
·
LISYAN OKTAVIANA
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TADULAKO
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur tak henti –
hentinya penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas berkat
rahmatnya penulis, dapat menyelesaikan pembuatan laporan ini. Melalui laporan
ini penulis membahas mengenai analisis dampak lingkungan dalam
pengelolaan tambang emas di kelurahan Poboya kota Palu provinsi Sulawesi Tengah.
Selain itu, laporan ini
juga bermanfaat dalam memberi pemahaman dan keterampilan kami dalam
menganalisis, mendiskusikan, meliput berita, menulis maupun menyusun berbagai
informasi menjadi sebuah laporan.
Keberhasilan penulis dalam
menyelesaikan laporan ini tidaklah terlepas dari peran serta pihak – pihak
terkait. Atas segala bantuan dan yang diberikan penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar – besarnya. Penulis menyadari bahwa ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena, itu penulis mengharapkan masukan dan kritik
yang membangun dari dosen yang membaca makalah
ini. Penulis berharap hasil dari makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa pun
yang membutuhkannya. Semoga makalah ini dapat meningkatkan pemahaman kita di masa yang akan datang. Amin.
Palu, November 2015
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Dalam rangka memuaskan
kebutuhan dan keinginan manusia yang terus berkembang dan untuk memacu
pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, pengelolaan sumber daya lahan
seringkali kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutan sehingga
kelestariannya semakin terancam. Pemanfaatan sumber daya alam yang tidak
terkendali dapat mengancam kelangsungan ekosistem dan lingkungannya yang mesti
dapat mendukung kehidupan manusia dan pembangunan. Karena itu perilaku
pembangunan yang mengeksploitasi sumber daya alam hendaknya diubah menjadi
perilaku pembangunan yang memperkaya sumber daya alam dan menaikkan nilai
tambahnya.
Kelurahan
Poboya adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, Sulawesi
Tengah yang berada di bagian timur dari wilayah kecamatan tersebut. Kelurahan
ini terletak sekitar ± 7 km dari pusat kecamatan. Kawasan Poboya kini telah
menjadi areal aktifitas pertambangan emas yang tak terkendali. Padahal kawasan
Poboya merupakan daerah penyangga air untuk Kota Palu
dan sekitarnya dan yang dahulunya juga merupakan kawasan pertanian
dengan hamparan sawah, ladang dan kebun-kebun masyarakat, kini dipenuhi dengan
mesin-mesin tromol pengolah emas dan lubang-lubang mengangah bekas galian para
penambang yang tidak digunakan lagi.
Sebenarnya
kandungan emas di Poboya telah diketahui sejak lama, namun proses penambangannya hanya dilakukan secara
tradisional yaitu dengan cara mendulang, dimana dengan cara tersebut tidak
memberikan pengharapan yang berlebihan bagi para pendulang. Kemudian kawasan
poboya menjadi ramai oleh penambang
akibat masuknya beberapa penambang yang berasal dari luar kota Palu
dengan membawa serta teknologi dan pengetahuan yang mereka gunakan di beberapa
lokasi penambangan emas dengan menggunakan Mesin Tromol. Mesin ini memang
menjadikan proses penambangan jauh lebih cepat, akibatnya para penambang
semakin banyak dan proses penambangan emas Poboya berlangsung semakin tak
terkendali. Jumlah mesin tromol yang beroperasi oleh penambang kini jumlahnya
telah mencapai ratusan yang terletak di dalam maupun di luar kawasan poboya.
Pengetahuan ini menjadi
dasar dalam memahami hubungan aktivitas manusia dengan proses-proses alam yang
berdampak pada masalah lingkungan hidup, pencemaran dan kesehatan lingkungan
serta masyarakat yang ada disekitar tempat pencemaran. maka untuk memulihkan
kembali akibat dampak pertambangan tersebut dilakukan konservasi, dan menilai
dampak pertambangan terhadap lingkungan. Dengan konsep dasar ini diharapkan agar
kita dapat menambah pemahaman dan menjadikan perilaku arif dalam mengelola
sumber daya alam, sehingga keseimbangan ekosistemnya terpelihara hingga
generasi berikutnya.
1.2
Rumusan
masalah
1.
Apakah pengelolaan tambang emas di
Poboya memiliki izin AMDAL atau tidak ?
2.
Penyakit apa saja yang diderita oleh
masyarakat dengan adanya pertambangan tersebut ?
3.
Bagaimana dampak yang sudah terjadi
selama ini baik dari bidang ekonomi,
sosial, budaya, kesehatan dan keamanan?
4.
Bagaimana keadaan hewan dan tumbuhan
disekitar pertambangan ?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui pengelolaan tambang emas di
Poboya memiliki izin AMDAL atau tidak.
2.
Mengetahui Penyakit yang diderita oleh
masyarakat dengan adanya pertambangan tersebut.
3.
Mengetahui dampak yang sudah terjadi
selama ini baik dari bidang ekonomi,
sosial, budaya, kesehatan dan keamanan.
4.
Mengetahui keadaan hewan dan tumbuhan
disekitar pertambangan.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Daerah-daerah di
Indonesia memiliki heterogenitas sosial dan budaya yang tinggi. Setiap daerah
biasanya memiliki kekhasan tersendiri dalam sistem pengelolaan lahannya.
Penerapan norma-norma lokal seperti hukum adat dan kearifan lokal sebagai
bagian dari sistem pengelolaan lahan masih banyak dijumpai di beberapa daerah
di Indonesia. Oleh karena itu menjadi sangat penting dalam menetapkan
pengelolaan lahan yang sesuai dan mampu mengsinergikan antara potensi-potensi
serta norma yang berlaku di daerah masing-masing.
Sumber daya alam tidak
hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan generasi
yang akan datang. Kegiatan penduduk dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
hidup dan kegiatan sosialnya diharapkan tidak melampaui kapasitas toleransi
ekologis dari lingkungan dengan sumber daya alamnya. Untuk itu, aktifitas
manusia dalam mengelola sumber daya alam perlu dibekali dengan pengetahuan
tentang ekologi dan lingkungan hidup.
Merkuri
diberi simbol HG berasal dari bahasa Yunani yang berarti cairan perak. Merkuri
merupakan unsur kimia pada tabel periodik dengan simbol Hg dan nomor atom 80.
Unsur golongan logam transisi ini berwarna keperakan dan merupakan satu dari
lima unsur (bersama cesium, fransium, galium, dan brom) yang berbentuk cair
dalam suhu kamar, serta mudah menguap. Efek merkuri pada kesehatan terutama
berkaitan dengan sistem syaraf, yang sangat sensitif pada semua bentuk merkuri.
Metilmerkuri dan uap merkuri logam lebih berbahaya dari bentuk-bentuk merkuri
yang lain, sebab merkuri dalam kedua bentuk tersebut dapat lebih banyak
mencapai otak. Pemaparan kadar tinggi merkuri, baik yang berbentuk logam,
garam, maupunmetilmerkuri dapat merusak secara permanen otak, ginjal, maupun
janin.
Peneliti
dari Balifokus, lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan,
Yuyun Ismawati, menyatakan Kota Palu, Sulawesi Tengah, mulai tercemari oleh
limbah merkuri sehingga mengancam kesehatan penduduknya dalam jangka waktu yang
panjang. “Dari air hingga udara Kota Palu sudah tercemari merkuri yang berasal
dari pembakaran sampah, asap kendaraan, dan merkuri itu sendiri,” kata Yuyun di
Palu, Sabtu (25/6). Yuyun dan sejumlah rekannya dari Balifokus telah melakukan
penelitian di beberapa lokasi di Kota Palu selama dua hari. Mereka mendapatkan
angka pencemaran merkuri di udara Ibu Kota Sulawesi Tengah itu mulai 20 hingga
5.900 nanogram/m3.
Penggunaan
merkuri terbesar di Kota Palu sendiri terdapat di lokasi pertambangan emas
tradisional Poboya. Proses pemisahan emas dari batuan halus secara tradisional
di pertambangan Poboya dipastikan menggunakan merkuri. Kemudian para pekerja
membuang sisa merkuri ke sembarang tempat sehingga menguap.
Kalaupun
hilang, kandungan merkuri itu akan hanyut ke air, kemudian bisa termakan ikan
dan akhirnya dikonsumsi manusia. “Itulah yang membahayakan,” kata Yuyun yang
pernah mendapatkan penghargaan lingkungan bergengsi The Goldman Environtmental
Prize pada 2009. Olehnya, dia meminta pemerintah setempat untuk memperketat
izin penjualan merkuri agar lingkungan dan generasi masa depan bangsa dapat
diselamatkan.
Berdasarkan
penelitiannya, pencemaran merkuri adalah hasil proses pengolahan emas secara
amalgamasi. Proses amalgamasi emas yang dilakukan oleh masyarakat secara
tradisional dapat terlepas ke lingkungan. Sehingga mengakibatkan kerusakan
lingkungan karena tercemar oleh merkuri dan bahan kimia lainnya. Selain itu,
berkurangnya debit air sungai Poboya dan Kawatuna akibat penggunaan air oleh
mesin-mesin pengolahan emas telah mengorbankan sumber-sumber pendapatan dan
mata pencaharian masyarakat. Krisis air ini telah mematikan sumber kehidupan
para petani bawang, padi dan sayur mayur yang sangat bergantung pada pasokan
air sungai ini.
sekarang
aktifitas penghancuran bukit dan lahan itu telah menyebar ke wilayah-wilayah
sekitarnya, bahkan mesin-mesin tromol pengolah emas telah beroperasi di
tengah-tengah pemukiman warga. Pemerintah yang mestinya mengambil posisi
terdepan dalam penyelesaian masalah ini nyaris tak berdaya dan tak berbuat
apa-apa. Konon ini adalah satu-satunya pertambangan yang dilakukan
ditengah-tengah kota dan pemukiman warga.
Walaupun dianggap
sebagai pemicu peristiwa degradasi lingkungan, ancaman yang paling serius dari
mereka ternyata adalah adanya pencemaran merkuri. Pencemaran ini terjadi
sebagai akibat para penambang tersebut menggunakan merkuri dalam usaha
memisahkan emas dari material pembawanya. Selanjutnya merkuri yang tercampur
dengan dengan air buangan kemudian mencemari air tanah dan sungai.
Mengingat
sifat merkuri yang berbahaya, maka penyebaran logam ini perlu diawasi agar
penanggulangannya dapat dilakukan sedini mungkin secara terarah. Selain itu,
untuk menekan jumlah limbah merkuri, maka perlu dilakukan perbaikan sistem
pengolahan yang dapat menekan jumlah limbah yang dihasilkan akibat pengolahan
dan pemurnian emas. Untuk mencapai hal tersebut di atas, maka diperlukan upaya
pendekatan melalui penanganan tailing yang berwawasan lingkungan dan sekaligus
peningkatan efisiensi penggunaan merkuri untuk meningkatkan perolehan logam
emas.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu
dan Tempat
Adapun
waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum yaitu:
Hari/
Tanggal : Minggu,
01 November 2015.
Waktu :
10:30 –selesai.
Tempat :
Di Kelurahan Poboya Kecamatan Palu Timur.
3.2.
Alat dan Bahan
Adapun Alat dan bahan yang
digunakan pada praktikum ini yaitu:
1.
Alat tulis-menulis
2.
Camera
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada
pengamatan ini yaitu:
1.
Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan.
2.
Melakukan
observasi terhadap daerah pengamatan.
3.
Melakukan pengamatan secara langsung terhadap
daerah pengamatan tentang kondisi masyarakat, kondisi ekonomi, pencemaran
lingkungan dan kegiatan masyarakat didaerah pengamatan.
4.
Melakukan metode wawancara terhadap
masyarakat sekitar.
5.
Mengambil gambar disekitar
pengamatan dengan menggunakan kamera.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasi Pengamatan
A.
Kondisi Lingkungan
No
|
Pengamatan
|
Kondisi
|
Keterangan
|
1.
|
Udara
|
Kurang baik
|
Banyak debu
|
2.
|
Tanah
|
Kurang baik
|
Kekeringan dan
gundul
|
3.
|
Air
|
Kurang Baik
|
Jernih bila
dilihat secara langsung namun aliran sungai tidak ada
|
4.
|
Tumbuhan
|
Kurang Baik
|
Mati
kekeringan dan ditebang
|
5.
|
Hewan
|
Kurang Baik
|
Tempat
tinggalnya terganggu
|
B.
Kondisi Masyarakat
No
|
Pengamatan di Bidang
|
Kondisi
|
Keterangan
|
1.
|
Ekonomi
|
Baik
|
Menunjang kebutuhan masyarakat
|
2.
|
Kesehatan
|
Kurang
Baik
|
Kulit
hitam dan terbakar
|
3.
|
Sosial
|
Kurang
Baik
|
Sibuk
pada pekerjaan di tambang dibanding bermasyarakat
|
4.
|
Budaya
|
Baik
|
Sibuk
dan menghargai waktu dan orang lain
|
5.
|
keamanan
|
Kurang
baik
|
Jalanan
yang kurang memadai untuk ditempuh
|
C.
Gambar kondisi daerah Poboya
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
|
Gambar 1.Lingkungan daerah pertambangan emas di
Poboya
|
2.
|
|
Gambar 2.Lingkungan daerah Poboya
|
3.
|
|
Gambar 3.Pabrik tambang emas di kelurahan Poboya
|
4.
|
|
Gambar 4.Foto
bersama Masyarakat pemilik pabrik tambang emas di kelurahan Poboya
|
D.
Perubahan Lingkungan Sebelum dan Sesudah ada
Pertambangan
Faktor
|
Sumber
|
Sebelum
|
Sesudah
|
Biotik
|
1.
Hewan
2.
Tumbuhan
|
1.
Banyak hewan peliharaan dan hewan
liar
2.
Banyaknya daerah perkebunan dan
tanamannya subur
|
1.
Jumlahnya sedikit dan hewan
peliharaan kurus
2.
Sedikitnya daerah perkebunan dan
tanamannya banyak kekeringan
|
Abiotik
|
1.
Suhu
2.
Tanah
3.
Air
|
1.
Normal dan sejuk karena daerah
perkebunan
2.
Subur karena dikelola untuk
pertanian
3.
Mengalir disungai
|
1.
Mencapai 36,40c pada
siang hari akibat aktivitas pertambangan
2.
Kering dan kurang humus karena
tidak dikelola
3.
Tidak ada air yang mengalir
disungai dan mengandung merkuri
|
4.2 Pembahasan
Adapun
pembahasan pada pengamatan ini yaitu mengenai pertambangan emas di Poboya
kecamatan Palu Timur telah menimbulkan dampak positif dan dampak negatif baik
dari bidang ekonomi, kesehatan, sosial, budaya dan keamanan. Pertambangan
tersebut. Dari hasil pengamatan kami
mengenai konflik yang terjadi antara masyarakat adat dengan pemerintah daerah
dalam pengelolaan tambang emas di Kelurahan Poboya sebagai akibat dari
kebijakan pemerintah daerah yang cenderung mengabaikan hak-hak dan kepentingan
masyarakat adat Poboya dalam pengelolaan
tambang emas tersebut, yaitu terbitnya Surat Edaran Walikota Palu Nomor Nomor:
610/0185/3/2009 tertanggal 16 Maret 2009 Tentang Pelarangan Aktivitas
Pertambangan Rakyat di Kelurahan Poboya dan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi
Tengah Nomor 180/345/Biro Hukum-G.ST/2009 Tentang Penertiban Terpadu Penambang
Emas di Kelurahan Poboya.
Lahirnya
kebijakan-kebijakan pemerintah daerah terhadap pengelolaan tambang emas di
Kelurahan Poboya diwarnai konspirasi dengan pihak perusahaan ,pemerintah pusat,
dan aparat kepolisian. Pemerintah daerah dalam membuat kebijakan lebih
mengedepankan kepentingan pribadi atau kepentingan politik dan tidak
mengakomodasi aspirasi dan kepentingan masyarakat adat Poboya dan masyarakat
seluruh kota Palu.
Adapun
wawancara kami kepada masyarakat Poboya mengenai ada atau tidaknya izin AMDAL
yang dimiliki pertambangan emas tersebut adalah pertambangan tersebut memiliki
izin AMDAL dan surat izin tersebut terdapat di kantor kelurahan Poboya.
Dari
pengamatan yang dilakukan mengenai identifikasi jenis hewan dan tumbuhan serta
lingkungan sekitar Poboya adalah pertama yaitu pengamatan udara yang tercemar oleh debu akibat pengangkutan hasil
tambang secara terus menerus dan didukung oleh cuaca yang panas serta keadaan
tanah yang kering dan berpasir sehingga debu banyak dan hal tersebut kurang
baik untuk pernapasan dan indra penglihatan.
Pada
pengamatan kedua, tanah yaitu kurang
baik akibat kurangnya curah hujan sehingga terjadi kekeringan, kurangnya humus
tanah akibat tanah yang tidak diolah dan dikelola dengan baik oleh masyarakat
sekitar. Bila dilihat dari jauh sangat jelas tanah daerah prtambangan yang ada
digunung sudah sangat memperihatinkan karena tanahnya gundul dan berlubang
akibat pertambangan yang dilakukan pekerja tambang . bila hujan terjadi secara
terus menerus maka daerah tersebut akan longsor akibatnya masyarakat yang
mencari nafkah didaerah tersebut tidak akan ada lagi bahkan membahayakan diri,
jadi sebelum hal itu terjadi harusnya mereka perlu cerdas dan terampil
mengelolanya dengan baik dan benar sehingga nantinya tidak menyesal.
Pada
pengamatan ketiga, air di Poboya bila
dilihat secara langsung warnanya jernih dan terdapat saluran irigasi namun pada
saluran sungai tidak terdapat air akibat saluran air yang kesungai tersebut
ditutup sehingga sungai yang terlihat luas menjadi kering dan tidak bermanfaat
bagi daerah tersebut. Dimana sungai tersebut ditutup dikarenakan sudah tercemar
oleh merkuri atau limbah dari pekerja tambng. apabila hujan terjadi secara
terus menerus dapat mengakibatkan banjir dan longsor akibat saluran air yang
tidak ada.
Pada
pengamatan keempat, hewan dan tumbuhan yang ada disekitar pertambangan kurang
bahkan hampir tidak ada. Tumbuhan yang ada disekitar tersebut banyak yang mati
akibat kekeringan dan lebih banyak mati akibat ditebang oleh pekerja tambang
untuk memperlus area tambang dengan membuat lubang selain itu dikarenakan
tercemar oleh merkuri yang digunakan para pekerja tambang yang tidak
bertanggung jawab. Sehingga daerah tersebut gundul dan dapat dikatakan sebuah
kasus perusakan alam. Sedangkan pada hewannya banyak yang mati akibat tercemar
oleh merkuri dan kehilangan tempat tinggal akibat pertambangan tersebut.
Mengenai limbah dari pertambangan telah dibuatkan lubang besar untuk menampung
limbah tersebut sehingga dampaknya sangat besar pada tanah tersebut dan
kehidupan yang ada disekelilingnya.
Adapun
pengamatan kami mengenai dampak yang ditimbulkan masyarakat Poboya dalam
bidang-bidang seperti:
1.
Bidang ekonomi
Kondisi
masyarakat di Poboya dalam bidang ekonomi dilihat sangat menjamin kebutuhan
primer, sekunder maupun tersier dari hasil usaha dan kerja keras di
pertambangan emas tersebut. Dimana dilihat dari tempat tinggal atau rumah yang
bagus, memiliki kendaraan motor dan juga mobil hampir setiap rumah.
2.
Bidang kesehatan
Jika dilihat dari bidang kesehatan masyarakatnya,
pada pekerja tambang dapat dilihat dari kulitnya yang hitam dan terbakar akibat
kondisi yang penuh dengan debu, panas dan cara kerja yang tidak menggunakan
pakaian yang memadai untuk melindungi dari panas dan debu namun hanya memakai
pakaian yang seadanya. Selain penyakit kulit masih banyak lagi penyakit yang
belum kami temukan dikarenakan yang kami temukan hanya pada kulit. Namun
penyakit yang diderita akibat dampak pertambang tersebut akan muncul walaupun
dalam kurun waktu yang lama akibat bahan merkuri yang digunakan.
3.
Bidang sosial
Pada pengamatan dibdang sosialnya kurang baik karena
masyarakatnya hanya dan sangat tergantung pada pekerjaan tambag dibanding
pekerjaan seperti bertani, berwirausaha atau menjadi nelayan. Masyarakatnya
lebih sibuk dengan pekerjaan yang satu tersebut dengan hasil yang lebih besar
dibanding pekerjaan yang lain dan hal tersebut merugikan para pekerja tani
karena hasil yang lebih rendah dibanding pekerja tambang dan dampak yang
ditimbulkan juga merugikan para petani sehingga hasilnya sangat kurang
memuaskan.
4.
Bidang budaya
Budaya
masyarakat Poboya lumayan baik dikarenakan orang-orangnya sangat menghargai
waktu dimana waktunya digunakan untuk bekerja dan terus bekerja, serta
menghargai orang lain yang bertamu kerumahnya.
5.
Bidang keamanan
Bila
dilihat dari bidang keamanan, derah Poboya belum bisa dikatakan aman karena
daerah jalanan yang tidak memadai, aliran sungai yang tidak ada, dan rusaknya
gunung serta lingkungan akibat yang ditimbulkan oleh pertambangan emas
tersebut.
Dari
pengamatan yang kami lakukan, kami mengambil gambar langsung dari daerah Poboya
sehingga dengan melihat langsung dapat dikatakan pertambangan tersebut harus
ditutup bila tidak diperbaiki dampaknya.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada pengamatan
ini yaitu:
1.
pertambangan emas di Poboya memiliki
izin AMDAL dan surat izin tersebut terdapat di kantor kelurahan Poboya.
2.
pada pekerja
tambang dapat dilihat dari kulitnya yang hitam dan terbakar akibat kondisi yang
penuh dengan debu, panas dan cara kerja yang tidak menggunakan pakaian yang
memadai untuk melindungi dari panas dan debu namun hanya memakai pakaian yang
seadanya.
3.
dampak yang ditimbulkan dari
pertambangan tersebut ada yang positif dan ada yang negatif namun dari hasil
pengamatan kami bahwa dampak negatif yang ditimbulkan sangat besar dibangding
dampak positifnya.
4.
Hewan dan tumbuhan yang ada disekitar
pertambangan tersebut banyak yang mati dan kekeringan akibat dari pertambangan
tersebut serta hewan yang kehilangan tempat tinggal.
5.2 Saran
SDM yang terampil dan
berkualitas maka akan mampu mengolah SDA yang jumlahnya terbatas dan mampu menjaga serta
melestarikan SDA dengan mengelolanya dengan baik tanpa mengakibatkan kerusakan
yang besar pada lingkungan. Maka dari itu, diharapkan partisipasi mahasiswa sebagai bagian dari
masyarakat untuk bekerja sama dengan pemerintah Kota Palu dalam mengkaji dan
meneliti dampak pertambangan emas di Poboya Kota Palu yang dapat menjadi
referensi dan informasi penting bagi pemerintah dan masyaraakat di Kota Palu.
Agar program pengelolaan sampah sesuai rencana yang nantinya akan dirasakan
bersama manfaatnya bagi lingkungan kota palu tepatnya di Poboya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim
1. http://m3sultra. Wordpress. com/2009/11/07/ bahaya – merkuri -bagi-lingkungan-dan-kesehtan-manusia/.diakses
10 November 2015.
Anonim 2. http://walhisulteng.blogspot.com/2009/08/dampak-tambang-emas-poboya-air-di-jalan.html. diakses 10 November
2015.
Darsono, V. 1994. Pengantar
Ilmu Lingkungan. Universitas
Atmajaya Yogyakarta : Yogyakarta.
Erianto,
2008. Studi Identifikasi Dampak
Lingkungan Pertambangan Emas Skala Kecil di Kabupaten Garut (Studi kasus di
Desa Mulyajaya). Puslitbang.
Haryanto,
Tri. 2008. Pencemaran Lingkungan. Penerbit
Cempaka Putih : Klaten.
Reksodiprodjo,
Sukamto, Pradono . 1968. Ekologi Sumber
Daya Alam dan Energi. BPFE : Yogyakarta.
Soejani. M, Rafig A, dan Rozi. M. 1982. Lingkungan
: Sumber daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. UI Press : Jakarta.
Zurhaar,
Armand, M. 2010. file:///D:/dokumen/semester%205/amdal/AMDAL%
20Poboya/Makalah%20Ilmu%20Lingkungan,%20Tambang%20Emas%20Poboya%20~%20Kakarmand%20di%20Palu.htm.
diakses 10 November 2015.